Museum Puri Lukisan


Museum Puri Lukisan merupakan museum privat pertama di Bali yang menyimpan koleksi karya lukis dan pahat. Sebagai "the heritage of Balinese Art", museum ini banyak mengoleksi karya-karya naratif yang menggambarkan kepercayaan dan adat Bali.

Nama Walter Spies, Rudolf Bonnet, dan Tjokorda Agung memang tak bisa lepas dari sejarah Museum Puri Lukisan. Atas kecintaan mereka pada karya seni tradisional Bali yang unik, mereka membangun sebuah museum yang menyimpan berbagai karya seni dari pre-war era hingga post-war era. Museum yang terbagi menjadi 3 bangunan ini mengoleksi karya dari seniman terkenal Bali seperti Ida Bagus Nyana, Ida Bagus Gelgel,I Gusti Nyoman Lempad, Anak Agung Gde Sobrat, dan I Gusti Made Deblog.

Menjelajahi museum ini kita serasa dibawa ke masa lampau. Ketika memasuki bangunan 1 yang terletak di sisi utara museum, kita akan menjumpai karya-karya pre-war era (sebelum 1945) dari para seniman. Lukisan karya dari I Gusti Nyoman Lempad yang disebut sebagai "Renaissance Man"-nya Bali juga bisa kita lihat di sini. Ciri khas karya Lempad terletak pada sosok-sosok yang menonjol lewat tinta hitam di atas kerta putih sehingga kita akan merujuk pada sosok wayang kulit di atas layar putih. Sebutan "a true master" pun tersemat untuk Lempad karena kejeniusannya dalam bidang artistik. Lempad juga memiliki banyak talenta termasuk melukis, memahat, dan dalam bidang arsitektur. Lempad pula lah yang mendesain istana dan puri-puri di Ubud dan Museum Puri Lukisan. Karya-karya Lempad sangat naratif dan terinspirasi dari kisah Ramayana, Mahabarata, Bharatayudha, serta kisah rakyat dan mitologi Bali. Misalnya saja "The Dream of Dharmawangsa", salah satu lukisan masterpiece Lempad yang terinspirasi dari kisah epik Mahabarata.

Menuju ke gedung II yang terletak di sayap barat, lukisan-lukisan dari "Young Artists" akan menyambut kita. Aliran "Young Artist" sendiri merupakan karya yang memadukan gaya tradisional Bali dan gaya modern. Lukisan karya I Nyoman Dewa Batuan "Mandala" lah yang memiliki magnet tersendiri ketika kami memasuki ruangan ini. Lukisan teratai dengan 8 kelopak yang menunjukkan delapan arah mata angin yang masing-masing ditempati dewa-dewa menunjukkan suatu harmonisasi. Manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan YME) yang menciptakan dan merawat alam semesta dan segala isinya terlihat jelas lewat lukisan ini.

Sedangkan di gedung III yang merupakan bangunan untuk mengoleksi karya-karya dengan gaya wayang dan biasa digunakan untuk pameran temporari menjadi tujuan paling akhir. Karya-karya post-war era (1945-sekarang) juga disimpan di gedung ini. Sembari melihat lukisan-lukisan yang banyak menceritakan cerita dan dongeng khas Bali, kita akan ditemani dengan alunan musik yang ditabuh oleh salah seorang pegawai. Kemudian, begitu keluar dari gedung-gedung yang menyimpan karya-karya, kita bisa menikmati indahnya taman tropis yang asri di dalam dan sekitar museum.